When Democratic Kills Democracy

Okay, gak sengaja iseng nonton tivi. Kebetulan acaranya Todays Dialog di Metro TV. Topik yang diangkat tentang pro-kontra kedatangan Obama, dengan tamu diantaranya perwakilan dari Hizbut Tahrir Indonesia Rochmat S. Labib, dan Ali Mochtar Ngabalin, seorang ex anggota DPR dari mewakili Partai Bulan Bintang. Selain itu hadir pulan Bara Hasibuan dan Luthfi Assyaukanie Deputi Direktur Freedom Institute.

Pada saat acara berlangsung, berbagai komentar dan opini berhamburan di twitter. kebanyakan menyerang pendapat yang dikemukakan oleh perwakilan HTI dan Ali Mochtar Ngabalin. Yah, dan saya termasuk diantara mereka yang menyuarakan komentar dan opini yang menyerang apa yang mereka sampaikan mengenai mengapa mereka menolak kedatangan Obama ke Indonesia.

Namun yang hendak saya soroti bukanlah semata mengenai komentar-komentar yang berhamburan di twitter mengenai acara ini. Yang menarik perhatian saya adalah bagaimana beberapa tweeps menyesalkan Metro TV yang menampilkan perwakilan HTI dan Ali Mochtar Ngabalin sebagai bintang tamu dalam acara tersebut. Berikut adalah bbrp tweet yang saya maksud diatas:

MetroTV apa maksudnya menghasut kebencian terhadap suatu negara? Tidakkah merasa ingin mengedukasi publik? [link]

Bara-Luthfi are excellent, but why should MetroTV make such a disgraceful show? Why give publicity to hatemongers? [link]

What a disgrace – Metro TV should not be broadcasting hatred to the troubled people of Indonesia [link]

Metro TV owner should accept consequences of promoting hatred towards a friendly nation. Business does not like immature provocation [link]

udah selesai ya? Hasil MetroTV, membuat terkenal penghasut pembenci dan membuat mhs tetap bodoh, asal masuk tv. Yau Metro [link]

HTI itu jgn diperdulikan&diekspose media krn mereka bukan apa2.mereka bukan representasi umat islam indonesia.mereka ga mengakui pancasila [link]

metrotv don’t support hatemongers but they just want to destabilize politics because their owners would have no role if things normalize [link]

MetroTV bikin dialog bukan untuk dialog hanya utk gagah2an berhasil tampilkan pro kontra. Pikiran bodoh bertebaran di tv dan kt heran [link]

Beberapa hal terlintas di benak saya, pertama, untuk mengatasi perbedaan pandangan yang ada, satu-satunya cara yang saya percaya adalah dialog, dialog dan dialog. adalah proses yang mungkin akan panjang, melelahkan dan pada beberapa titik membuat patah hati. Tapi hanya itulah cara yang menurut saya harus dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat secara baik.

Hal kedua adalah suara yang bernada menyalahkan Metro TV karena menampilkan perwakilan HTIΒ  dalam acara tersebut. Terkait hal pertama diatas, justru sebaliknya kita harus mengapresiasi Metro TV karena menyediakan ruang untuk terjadinya dialog, seburuk apapun dialog tersebut. Karena seburuk apapun kualitas dialog tersebut saya lebih suka melihat mereka berdebat di televisi dibandingkan mereka memasang bom dan melakukan tindakan-tindakan perusakan.

Hal ketiga yang juga saya liat adalah adanya pandangan untuk tidak memberi ruang bagi HTI untuk tampil mengekspresikan pendapat mereka. Ini adalah hal yang bodoh menurut saya. Apakah kita mau kembali ke jaman Orde Baru dimana tiap perbedaan pendapat harus diatasi dengan cara pemberangusan? Pada pikir saya hal ini lebih merupakan tindakan / saran untuk menegakan demokrasi dengan cara yang tidak demokrasi.

Kadang memang sulit untuk terus bersikap demokratis ketika kita menghadapi orang-orang yang bertendensi memaksakan kehendak dan pandangan mereka. Tapi itu bukanlah alasan untuk kemudian menempuh jalan yang tidak demokratis untuk memperjuangkan demokrasi.


About this entry